Dolar mengalami kenaikan yang sangat tipis pada perdagangan hari Kamis, didukung pula oleh adanya dorongan yang relatif lebih tinggi pada imbal hasil Treasury AS. Sebab, investor akan segera memperhatikan dengan seksama prospek kebijakan Federal Reserve terhadap kemungkinan bahwa suku bunga tinggi justru ini berujung pada resesi.

Pekan depan bakal memberikan kejutan dengan serangkaian keputusan bank sentral utama, termasuk juga dari Bank Sentral Eropa, Bank Inggris serta Federal Reserve.

Adapun pertanyaan utama di antara para investor ialah apakah inflasi sudah mencapai puncaknya, memberikan lebih banyak lagi ruang kepada para pembuat kebijakan guna memberikan kenaikan pada suku bunga yang relatif lebih kecil selama beberapa bulan kedepannya.

Inflasi konsumen bulanan AS diprediksikan bakal terjadi pada minggu depan, satu hari sebelum pertemuan kebijakan Fed pada 14 Desember 2022 mendatang, serta bisa pula menjadi cukup penting dalam menetapkan ekspektasi jangka panjang demi kebutuhan kebijakan moneter.

‘’IHK AS ialah suatu rilis data yang tampaknya memiliki peran penting dalam arah dolar yang cukup meluas hingga sekarang ini, sampai kami pun mendapatkan pertemuan bank sentral serta satu rilis data penting bulanan AS, tidak banyak yang akan terjadi,’’ ungkap Adam Cole selaku ahli strategi mata uang RBC.

Dolar secara luas stabil pada beragam jenis mata uang utama. Terakhir, euro datar pada greenback di 1,0507 US dolar, lalu pound turun sekitar 0,3%. Yen juga tercatat begitu sensitif pada pergeseran imbal hasil Treasury AS, turun sekitar 0.25%, menyerahkan pada sejumlah kenaikan 0,4% di hari Rabu lalu.

Investor Pantau Suku Bunga dan Penurunan Harga Energi

Hasil pada Treasury selama 10 tahun terakhir ini turun secara terus menerus semenjak level tertingginya 15 tahun pada akhir bulan Oktober lalu. Kemudian, turun hampir satu persen penuh. Faktanya ialah ini bisa mengurangi sekitar setengah dari kenaikan yang bisa saja terjadi antar posisi terendah empat bulan Agustus dan juga puncaknya pada Oktober mencapai 4,34%.

Sementara itu juga, harga minyak mengalami penurunan di bawah 80 US dolar per barel disebabkan pertama kalinya invasi Rusia ke Ukraina pada akhir bulan Februari. Karena dengan meningkatnya kekhawatiran mengenai sebesar besarnya perlambatan ekonomi bakal berdampak pula pada permintaan energi global.

Minyak mentah Brent berjangka pula mengalami penurunan hingga 78 US dolar, yang mana hampir setengahnya semenjak awal bulan Maret. Harga bensin di SPBU di AMerika Serikat pun sudah mencapai rekor tertinggi, menurut American Automobile Association. Sekarang ini sedang berada di 3,329 US dolar atau turun 0,4%.

Dengan adanya penurunan pada harga energi tersebut, ekspektasi berbasis pasar pun inflasi bakal berkurang. Penyebaran dari inflasi selama 10 tahun yang bisa mengurangi imbal hasil Treasury berhubungan dengan inflasi dari catatan nominal selama 10 tahun, hanya sekitar 2,27%, setelah mencapai puncaknya di atas 3 persen pada bulan April.

Kedua kekuatan tersebut, bersamaan dengan berkurangnya ekspektasi The Fed guna terus menaikkan kembali suku bunga secara agresif dalam waktu yang sama, sudah menjatuhkan 6,2 persen nilai dolar sepanjang kuartal ini.

Yang mana menempatkan greenback pada kinerja kuartal paling buruk semenjak kuartal ketiga di tahun 2010 lalu. Saat turun hingga 8,5 persen namun untuk kinerja keempat berburuk semenjak tahun 2004.

Pekan Depan, Suku Bunga Kembali Naik

Imbal hasil dalam 10 tahun terakhir ini naik sekitar 5 bps pada 3,45 persen mendekati level terendahnya hampir tiga bulan.

Pasar uang juga menunjukkan adanya peluang 91 persen bahwa Komite Pasar Terbuka Federal yang menetapkan kebijakan bakal kembali menaikkan suku bunga setengah poin pada pekan depan. Hanya peluang 9 persen inilah bakal terjadi kenaikan 75 basis poin lagi. Tarif saat ini sempat memuncak tepat di bawah % selama bulan Mei.

Di samping itu, yuan juga meroket mendekati level tertinggi hampir selama 3 bulan setelah Cina kembali mengumumkan adanya pelanggaran dalam beberapa pembatasan pandemi yang cukup ketat.

Dolar AS pun naik 0,1% lebih tinggi dari yuan dalam perdagangan luar negeri, yang sudah menahan sebagian penurunan 0,34% pada hari Rabu, saat pemerintah China sudah mengumumkan adanya pelanggaran dalam beberapa tindakan dan kebijakan yang berhubungan dengan pandemi Covid-19 sangat berdampak negatif bagi perekonomian.