•  

    Terima kasih atas kepercayaan kamuDalam bertransaksi trading forex di Salma Markets!

    Cukup membuat deposit minimal $ 1 ke akun Anda!

    Dapatkan kondisi trading terbaik dan penawaran bonus yang menarik! Yuk segera berinvestasi trading forex! di Salma Markets! Dan dapatkan kondisi trading terbaik!

    Salma Markets - berinvestasi dalam kemenangan Anda!

  • toolbarCollapseOpenAccount_1
  • Salma Kabinet Klien

    • Pengaturan pribadi
    • Akses ke semua layanan Salma
    • Statistik dan laporan terperinci tentang perdagangan
    • Berbagai macam transaksi keuangan
    • Sistem mengelola beberapa akun
    •  Perlindungan data maksimum
  • cabinet_client1

Berita Pasar

Informasi yang direkomendasikan

demo Berita Pasar

Mayoritas Mata Uang Asia Turun, Sedangkan Dolar FLat

Kekhawatiran akan mata uang Asia akhir-akhir ini mengalami peningkatan, terutama bagi para trader yang menjadikan salah satu atau kedua mata uang pada kawasan tersebut untuk digunakan dalam perdagangan pasar.

Terlebih data yang ditunjukkan oleh China juga semakin melemah, maka kekhawatiran beredar saat ini bagi kalangan pelaku pasar merupakan hal cukup lumrah dan bisa diterima.

Sedangkan dolar juga belum terlalu membaik karena masih flat setelah munculnya data mengenai inflasi konsumennya cukup beragam.

 

Mata Uang Asia dan Keadaan China

Seperti yang disinggung pada bagian pembuka di atas, saat ini mayoritas mata uang dari Asia telah mengalami pelemahan pada hari Kamis. Hal tersebut semakin memicu kekhawatiran pelaku pasar karena data China memperlihatkan adanya perlemahan.

Tentu saja kekhawatiran atas perlambatan atas pertumbuhan tersebut dapat terjadi, mengingat China merupakan negara yang memiliki ekonomi paling besar di kawasan Asia hingga sekarang.

Setelah data memperlihatkan adanya inflasi konsumen, di mana  nyaris tidak tumbuh pada bulan April lalu, sehingga nilai yuan China pun mengalami penurunan menuju level paling rendah.

Lalu dalam sisi lain, inflasi produsen di negara tersebut juga semakin merosot ke level paling lemah setelah terjadinya puncak pandemi COVID-19 di tahun 2020 lalu.

Berdasarkan data atau angka hari Kamis kemarin serta tambahan dari data perdagangan cukup mengecewakan pada awal pekan ini, terlihat bahwa aktivitas perekonomian di negara China tengah berusaha untuk bisa bangkit.

Usaha terlihat meskipun saat ini juga sudah ada beberapa langkah stimulus serta pembukaan kembali setelah adanya COVID-19 yang lalu.

Tren tersebut kemungkinan bisa menjadi tanda yang cukup buruk bagi mata uang di negara Asia lain. Terlebih efek ini akan semakin terasa bagi negara yang memiliki eksposur perdagangan cukup tinggi ke negara ini.

Hal tersebut juga beriringan dengan mendinginnya pemulihan perekonomian di China.

Won dari Korea Selatan terlihat mengalami penurunan setelah adanya rilis tersebut. Sementara di belahan Asia lainnya, dolar Taiwan juga ikut turun sebesar 0,2%.

Sementara yen yang sebelumnya naik secara tajam pada perdagangan di hari Rabu setelah data inflasi konsumen AS hasilnya beragam, pada Kamis ini terlihat flat.

Keadaan Dolar Saat Ini

Berdasarkan data inflasi konsumen AS tersebut, hasilnya membuat mata uang negara ini harus kehilangan beberapa kekuatannya selama perdagangan di hari Rabu lalu.

Hal tersebut tetap terjadi meskipun pada hari Kamis greenback sebagian besar datar karena adanya ketidakpastian mengenai jalur kebijakan moneter Amerika.

Indeks dolar dan indeks dolar berjangka kemudian bergerak kurang dari 0,1% dari dua kedua arahnya.

Lalu data indeks harga konsumen Amerika memperlihatkan bahwa inflasi mengalami sedikit penurunan di bulan April ini. Namun hal tersebut juga masih jauh dari target yang sudah ditetapkan oleh Federal Reserve.

Dengan terlihatnya bahwa di setiap bulan inflasi terus mengalami peningkatan, maka hal ini bisa menjadi indikasi bahwa suku bunga Amerika kemungkinan besar masih tetap berada pada posisi lebih tinggi dalam jangka waktu lebih lama.

Sedangkan pasar secara luas berharap bahwa pihak The Fed telah selesai mengenai siklus kenaikan suku bunga pada tahun ini.

Pasar tampaknya sudah memangkas ekspektasi mengenai penurunan suku bunga tahun ini, seperti data IHK. Di mana hal tersebut terlihat dari harga dari Fed Fund Futures.

Hal yang menjadi isyarat buruk bagi mata uang di Asia adalah mengenai suku bunga AS yang lebih tinggi.

Apabila terjadi kesenjangan dari imbal hasil yang berisiko dan dengan pihak berisiko rendah. Tren tersebut kemudian sudah menimpa negara di Asia sampai tahun 2022 lalu. Lalu kemungkinan akan melakukan pembatasan pemulihan pada tahun ini.

Meskipun mayoritas mata uang di Asia berada posisi kurang baik, untungnya beberapa mata yang masih bisa melihat dukungan pada Kamis kemarin.

Dolar Australia mengalami kenaikan yang tipis saat ekspektasi kenaikan suku bunga oleh pihak Reserve Bank of Australia (RBA).

Kekuatan yang relatif pada pasar kerja tersebut membuat RBA mempunyai ruang untuk bisa menaikkan suku bunga sebagai upaya melawan inflasi yang naik.

Peso dari Filipina juga sudah ditopang oleh angka PDB yang jauh lebih baik dibandingkan dengan perkiraan untuk kuartal pertama tahun ini. Hal tersebut menjadi indikasi bahwa inflasi dan suku bunga yang tinggi memiliki dampak terbatas terhadap pertumbuhan ekonomi.

 

KOMENTAR DI SITUS

FACEBOOK

Tampilkan komentar yang lebih lama
bg_custom-support

ic_info 24/5 Dukungan Pelanggan

Tim dukungan pelanggan kami yang berdedikasi siap memberikan dukungan lokal dalam 10 bahasa.

Confirmation