Cukup membuat deposit minimal $ 1 ke akun Anda!
Dapatkan kondisi trading terbaik dan penawaran bonus yang menarik! Yuk segera berinvestasi trading forex! di Salma Markets! Dan dapatkan kondisi trading terbaik!
Salma Markets - berinvestasi dalam kemenangan Anda!
Download untuk Windows
Download untuk Android
Download untuk iOS
Deposit
Withdrawal
Daftarkan akun
Buka Akun Live
Login Nasabah
Informasi yang direkomendasikan
November 02, 2022
Pengumuman The Fed bank sentral paling berpengaruh di dunia memang menimbulkan banyak respon untuk berbagai mata uang termasuk mata uang Dollar AS sendiri. Namun analis memperkirakan The Fed akan terus melakukan strategi agresif menaikan suku bunga sampai tahun 2023 mendatang.
Hal ini dilakukan agar Amerika Serikat bisa bertahan dari tekanan inflasi yang sedang terjadi dinegaranya. Imbas pengumuman The Fed juga dirasakan oleh berbagai jenis aset investasi lainnya seperti cryptoccurency, emas dan berbagai aset lainnya.
Dolar mulai mengalami kesulitan dalam menemukan permintaan pada perdagangan pertama pada bulan November menjelang diumumkannya kebijakan debat yang sangat penting pada hari Rabu. Indeks dolar AS diperdagangkan pada wilayah negatif dekat 111,00 pagi hari Eropa awal dan indeks saham berjangka AS naik 0,4% dan 0,6% menunjukkan sentimen pasar membaik.
Sementara Reserve Bank of Australia setelah melakukan pertemuan kebijakan moneter mengumumkan akan menaikkan suku bunga kebijakan 25 basis poin menjadi 2,85% dari potensi 2,6%.
RBA mencatat dalam pernyataan kebijakan bahwa dewan mempunyai harapan untuk meningkatkan suku bunga lebih lanjut selama periode mendatang. Namun RBA juga mengakui bahwa suku bunga tinggi dan inflasi yang tinggi akan memberikan tekanan pada anggaran rumah tangga masyarakat Australia.
Walaupun kenaikan suku bunga relatif kecil AUS/USD diuntungkan dari arus risiko yang terakhir kali terlihat diperdagangkan mendekati 0,6450 naik 0,7% pada hari Selasa. Sementara EUR/USD gagal untuk memanfaatkan data inflasi panas kawasan Euro pada hari Senin namun berhasil berbalik ke utara pada hari Selasa ditengah tekanan jual di sekitar greenback.
Setelah mengalami penurunan tajam pada hari Senin GBP/USB reborn dan mengalami kenaikan pada level 1,1550 menyusul transitif yang sedang dialami oleh GBP. Hal ini dimungkinkan juga berkaitan dengan diterbitkannya laporan pada senin malam dari financial times mengatakan bahwa perdana menteri Inggris Rishi Sunak akan melakukan penandatanganan kenaikan pajak secara luas.
Kondisi pasar lainnya dari Asia setelah sebelumnya mengalami kenaikan 100 pip pada hari pertama perdagangan pekan ini USD/JPY kemudian berbalik arah dan kehilangan 0,6% di bawah 148,00. Menteri keuangan Jepang Shunichi Suzuki memberikan penegasan kembali pada hari Selasa bahwa mereka sedang mengamati pergerakan pasar mata uang akan merespon fluktuasi yang berlebihan dengan tepat.
Sementara pada awal bulan November ini nilai tukar rupiah ditutup pada level Rp15.627 di mana mata uang Garuda ini melemah 30 poin atau minus 0,9% dari perdagangan sebelumnya. Sementara kurs referensi Bank Indonesia Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah mengalami penguatan ke posisi Rp15.647 dolar AS pada perdagangan hari Selasa (1/11) sore.
Mayoritas mata uang di kawasan Asia memang terpantau mengalami penguatan won Korea Selatan menguat 0,54%, Yuan China 0,56%, dolar Singapura 0,4%, dolar Hongkong 0,01% dan Yen Jepang 0,68%. Namun ada beberapa mata uang lain yang juga mengalami pelemahan diantaranya adalah Ringgit Malaysia melemah 0,16% dan peso Filipina 0,23%.
Selain itu mata uang negara maju juga kompak berada pada zona hijau di mana poundsterling Inggris menguat 0,65%, euro Eropa 0,63%, dolar Australia 0,73% dolar Kanada 59%. Analisis mengatakan rupiah mengalami pelemahan di tengah pelemahan dolar AS dan imbal hasil obligasi AS yang mulai menurun.
Sementara di sisi lain data inflasi Indonesia Oktober lebih rendah dari perkiraan meredakan ekspektasi kenaikan suku bunga yang akan dilakukan oleh Bank Indonesia. Menurut analis DCFX Futures Lukman Leong kebijakan tersebut akan membuat suku bunga rupiah semakin tertinggal dari Amerika serikat dikutip dari CNN Indonesia.
Leong juga memperkirakan pada FOMC meeting minggu ini kemungkinan besar The Fed akan kembali menaikkan suku bunga menjadi sekitar 75 basis poin. Kenaikan suku bunga ini bukan hanya datang dari Leong, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi juga memperkirakan AS akan kembali menaikkan suku bunga hingga 5% lebih tinggi dari prakiraan.
Ibrahim memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan ke kisaran 4,72% - 5% sampai Maret 2023 lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Ibrahim mengatakan ini mencakup kenaikan 75 basis poin yang akan terjadi pada minggu ini 50 basis poin pada bulan Desember dan 25 basis koin pada Februari dan Maret mendatang.
Salma Team
Tim dukungan pelanggan kami yang berdedikasi siap memberikan dukungan lokal dalam 10 bahasa.